Jumat, 01 April 2011

Cinta Ini Membunuhku

Cerita ini bermulai dari murid SMP yang bernama Ryan. Ryan adalah siswa kelas 2 SMP yang cukup rada’ gila, lumayan pintar dan jago nyanyi.Dan tokoh Ryan adalah Aku. Suatu hari disekolahnya ada murid baru.Dia seorang wanita tinggi berambut pendek. Siapakah Dia ?. Dia adalah Ami Siraya. Biasa dia dipanggil Ami’. Ami orangnya pendiam dan rajin. Sayangnya dia tinggi dan Aku pendek. Itulah yang menyebabkan cinta kami menjadi janggal.            Sesaat disekolah, Aku dan Ucha teman sebangkuku sedang berbincang-bincang. Saya bermohon agar Ucha bisa dibantuin agar bisa lebih dekat ke Ami.            ”Ucha, bantuin gue dong.....!”kataku sambil membuka CocaCola kalengku yang cukup susah dibuka. 
          ”mau dibatuin gimana..??”kata Ucha yang memberhentikan bacaan Novelnya.            ”gini, aku lagi suka nih sama cewek. Dia adalah Ami. Katanya kamu dekat banget ama dia. Jadi bisa nggak bantuin aku ?” kataku yang belum henti-hentinya membuka CocaCola kalengku.            ”kalau gitu sih cetek. Tapi ada syaratnya. Aku kan lumayan kuat. Mumpung aku lagi haus. Bolehkan kalau cocacolamu buat saya ?” ujar Ucha.            ”daripada susah payah,, nih buat kamu aja. Janji mau bantuin ?“ ujarku kembali sambil memberikan tanda persahabatan dengan jari kelingking.            ”Oke deh....!!!” dengan memberikan jari kelingkingnya ke tanganku.            Pedekate pun berhasil. Dua minggu menjadi kisah yang menarik buatku dengan dia. Saya sering membuat karikatur namanya dibangku sekolah. Suatu hari juga Ami dan saya dihukum bersama diruang BK. Karena main-main waktu upacara. Kisah ini pun menjadi seperti film-film di sinetron.            “ucha...?? thanks banget nih..., aku dengan Ami sudah mulai agak dekat.” Kataku.            “sama-sama, tapi jaga yah Ami. Minggu depan Ami akan kembali ke Australia. Dia akan kembali dan mungkin lama.” ujar Ucha yang mulai menampakkan raut wajah sedih.            ”ah.. masa sih. Jadi dak percaya.” Kataku yang melambangkan Garuda Pancasila.            ”ya udah.. tanya aja sendiri !” Ucha pun lari terbirit-birit karena sudah tidak tahan mau ke kamar kecil.            Sebelum Ami pergi, Ryan pun berencana ingin menyatakan cintanya ke Ami. Ketika pulang sekolah Saya dan teman-temanku juga Ami dan teman-temanya berkumpul dilapangan sekolah. Aku pun menembaknnya.            ”mi,,, sejak kita berteman setahun yang lalu, aku sudah mulai menanam benih-benih cintaku padau. Apa daya..., aku belum yakin kalau kau mau jadi pacarku.” kataku sambil berkesimpuh  didepannya.            ”hu...!!! dasar anak kecil !!” kata mamay yang meledekku dengan jempolnya.            Dan aku pun melanjutkannya.            ”hati ini selalu menganggapmu sebagai teman. Aku memang masih kecil dan kita pun semua masih kecil. Apakah tidak ada ara lagi untuk anak kecil sepertiku ini untuk mendapatkan cintanya ?” rintisku.             “ryan, aku ngerti kamu cinta sama saya. Aku pun juga menaruh rasa sayang tapi tidak cinta padamu. Aku sayang banget sama kamu. Dari dulupun juga aku sangat menaruh hati padamu. Masalahnya kamu benar. Kita masih kecil untuk bercinta. Umur kita pun belum panatas untuk saling mencintai. Lebih baik kita saling menyayangi.” kata sang Ami yang mengajaku berdiri. Ami pun mulai agak meneteskan air mata.            Suasana pun jadi mengharukan. Semua orang menyaksikan kisah drama yang menyedihkan sampai dia menitikkan air mata juga.            ”Biarlah kamu tetap mencintaiku. Dan aku pun juga kan mencintaimu juga. Aku ingin kamu kembali lima tahun yang akan datang. Umurku sudah jauh lebih dewasa daripada sekarang. Aku sudah pantas untuk kau tembak kembali.” kata Ami yang mulai mengeggam jari-jari jemari tanganku.            ”aku pun juga merasa begitu. lima tahun adalah waktu yang cukup lama untu menunggu. Menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan yang pernah ada dalam hidupku. Tapi apa boleh buat demi cinta aku pun harus sabar. Karena cinta tak harus memiliki. Aku tak mau menjadi pacarmu. Aku ingin hidup bersamamu jika kita sudah dewasa menjadi suatu keluarga” aku pun berlari meninggalkan Ami dan semua teman-temanku.            Hati ini sudah bulat. Aku pun harus menunggu cintaku. Dan aku ingin dia kan menjadi tulang rusukku yang abadi. Ami pun kembali ke Australia. Dia meninggalkan sebuah surat untukku. Tetapi saat surat itu datang. Kata ibuku aku sudah meninggal karena serangan jantung. Surat itu berisi Ami akan menerima cintaku jika aku datang ke Bandara saat itu dan tidak jadi kembali ke Australia. Apa daya Ami telah menuggu sampai 3 kali penerbangan ia lewatkan. Akhirnya ia pun berangkat dengan kecewa.            Dan novel ini pun dilanjutkan oleh Ucha karena ialah saksi kunci semua ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar atas Entri yang saya post-kan, mungkin ada yang ingin ditanyakan, Insya Allah saya bisa menjawabnya.